Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

PT Minarak Jaya Gelar Rapat Koordinasi dengan Dua Desa di Kecamatan Tanggulangin

| Juli 15, 2022 | 0 Views Last Updated 2022-07-15T09:49:20Z


Liputanphatas.com || Sidoarjo – Dalam rangka mencari Solusi, Koordinasi dan Konsolidasi antara dua warga desa yaitu Desa Banjarasri dan Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, kabupaten Sidoarjo yang mana kedua desa tersebut dikumpulkan diaula PKK kantor Kecamatan Tanggulangin, pada Kamis (13/7/2022)

Mereka dikumpulkan berbeda waktu selang satu hari, yaitu hari Selasa 12 Juli untuk Desa Banjarasri dan hari Rabu tanggal 13 juli diwaktu jam yang sama 19.00 wib sampai selesai, banyak season tanya jawab dari perwakilan perwakilan masing masing RT dan RW, Tomas (Tokoh Masyarakat) dan Karang Taruna.

Deddy selaku perwakilan dari PT. Minarak Jaya menerangkan apa sebenarnya yang terjadi permasalahan dan kendala- kendala terkait masyarakat dengan PT. Minarak Berantas Gas.INC sehingga Minarak tidak di izinkan lagi oleh kedua warga Banjarasri dan Kedungbanteng untuk beroperasi diwilayahnya, sehinga mengajak masyarakat untuk berunding dan tau persoalan yang dialami warga dan menampung.

"Semua aspirasi warga nantinya akan di laporkan ke kantor pusat biar tau permasalahan permasalaham yang ada di dua desa tersebut,”ujarnya

Kusnadi, Selaku Ketua DPRD Prov Jatim SH.,M.Hum Gelar Aspirasi Masyarakat di Desa Kedungbanteng gelar Rapat Koordinasi Perbaikan Lapangan Desa Kedungbanteng temui titik terang dikala lapindo PT.Minarak Berantas Gas INC akan beroprasi lagi.

"Yang ditakutkan warga akan timbul bencana lebih basar lagi seperti tahun- tahun kemarin dan seperti di tetangga desa yang ada di Kecamatan porong," tuturnya.

Sutoyo salah satu warga menjelaskan, bahwa banjir yang gak bisa surut surut sehingga bisa merendam dua desa Banjarasri dan Kedungbanteng.

"Banyak janji - janji yang diberikan warga namun belum terselesaikan petani kolam sawah yang mengalami kerugian besar ikan yang siap panen 8 kwintal lepas semua dan sawah yang biasanya panen delapan bulan mendapatkan hasil 35 juta persawahan gak bisa di tanami sedangkan masarakat masi terbebani dengan bayar pajak sedangkan dibuat makan aja susah intinya warga menolak adanya Lapindo / Minarak melakukan pengeboran lagi didaerahnya,” pungkasnya. (Py)
×
Berita Terbaru Update