Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Gema Takbir Iringi Kedatangan Jemaah Shalat Idul Adha di Jalan Raya Tenggumung Surabaya

| Juli 10, 2022 | 0 Views Last Updated 2022-07-10T08:06:42Z


Liputanphatas.com || Surabaya - Idul Adha merupakan salah satu hari raya umat Islam yang ditandai dengan ibadah kurban dan haji. Shalat Idul Adha 1443 Hijriah berjamaah yang digelar kembali di Jalan Raya Tenggumung, Kecamatan Semampir, Surabaya, Jawa Timur, pada hari ini. setelah dua tahun sebelumnya ditiadakan karena pandemi COVID-19. Minggu, (10/7/2022)

Ibadah kurban biasanya dilakukan setelah pelaksanaan sholat Idul Adha dan kurban ini identik dengan kisah Nabi Ibrahim. Lalu, bagaimana kisah Nabi Ibrahim tersebut hingga menjadi idola bagi umat muslim?

Inilah penjelasan lengkapnya yang tertuang dalam khutbah Idul Adha 2022, seperti yang dilansir LIPUTANPHATAS.COM dari  Khutba yang di bawakan oleh KH. MUHAMMAD SIROT, Ketua DPW PARTAI  GELORA  dan USTAD ASYARI selaku  KETUA DAPIL II Surabaya pun ikut  Sholat bersama beliau  karena  bertepatan dalam wilayah DAPIL beliau di Surabaya.

Hari ini umat Islam di berbagai penjuru dunia, mereka melaksanakan shalat Idul Adha, kemudia mereka berkurban, sebagian berangkat haji, melempari jamarot, tawaf di rumah Allah, menyembelih kurban mereka, siapa yang mereka contoh ? Nabi Ibrahmi ‘Alaihis Salam.

Apakah manusia dengan sekedar wajahnya yang tampan, parasnya yang cantik, jabatannya, kehebatannya bermain, pantas dijadikan contoh dan panutan ? Wallahi jama’ah, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, kapan beliau menjadi contoh ? Yaitu setelah melalui ujian yang panjang sekali. Allah mengatakan : Ketika Allah menguji Nabi Ibrahim dengan fase-fase ujian yang panjang. Setelah itu Nabi Ibrahim menyempurnakan ujian tersebut. Lalu Allah mengatakan kepada Nabi Ibrahim : “Aku jadikan engkau Imam bagi umat manusia (Aku jadikan engkau panutan bagi umat manusia).” (QS. Al-Baqarah[2]: 124)
Nabi Ibrahim tidak puas hanya dirinya yang menjadi panutan. Dia meminta kepada Allah : “Dan dari anak keturunanku Ya Allah, jadikan mereka panutan bagi umat manusia.”
Allah mengatakan : “Orang-orang dzalim nggak bakal mendapatkan apa yang aku janjikan (mereka tidak pantas untuk menjadi contoh.)” (QS. Al-Baqarah[2]: 124)

Contohlah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam !! Beliau diuji sama Allah dengan mendapatkan orang tua yang musyrik, mendapatkan kaum yang tidak suka sama diri, bapaknya mengusir dia, kaumnya berusaha untuk membunuh dia. Nabi Ibrahim dilemparkan ke api bukan untuk mempertahankan jabatannya, bukan untuk mempertahankan harta yang dia miliki, dia siap dilemparkan ke dalam api hanya untuk mempertahankan Laa ilaaha illallah..Engkau lihat bagaimana pasukan dari kaumnya yang ingin membakar Nabi Ibrahim. Dia bikin api yang sangat besar untuk menunjukkan kepada umat manusia kalau mereka bisa menyiksa Ibrahim. Kenapa mereka tidak bikin api unggun yang kecil lalu melemparkan Ibrahim ke sana ? Tidak ! Mereka ini menunjukkan arogansi mereka. Tatkala Nabi Ibrahim dilemparkan ke api dengan alat pelontar, diriwayatkan Jibril menawarkan jasanya kepada Ibrahim. Lihat jama’ah! Bagaimana imannya Nabi Ibrahim, bagaimana keyakinan Nabi Ibrahim dalam perjalanan dia dari alat pelontar menuju api. Jibril mengatakan, “Hai Ibrahim, apakah engkau butuh bantuanku ?” Ibrahim mengatakan, “Kalau sama engkau, aku ngga butuh -Ini pelajaran pertama dari Nabi Ibrahim- Engkau makhluk dan aku makluk juga. Engkau tidak akan bisa berbuat kecuali Allah yang menentukan. Adapun kepada Allah, aku sekarang butuh bantuan Allah.” Lalu Nabi Ibrahim mengatakan : “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung” (QS. Ali-Imran[3]: 173)

Apa yang Allah lakukan ? Apakah Allah mengirimkan hujan untuk mematikan itu api? Apakah Allah mengirim angin untuk memadamkan itu api ? Apakah Allah menurunkan es ? Tidak !! Allah pencipta api ! Allah mengatakan : “Wahai api, jadilah engkau dingin dan keselamatan untuk Nabi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya[21]: 69).

Kita tidak hentinya mengatakan, “Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar..” Dalam shalat kita, kita memulai dengan Allahu akbar, ruku’ kita katakan Allahu akbar, sujud kita katakan Allahu akbar, lalu kita masih takut menghadapi masalah yang ada ? Mana keyakinan kita dengan Allahu akbar ? 
Hari ini hari imamnya memulai dengan tujuh takbir. Hari ini hari untuk membesarkan Allah. Bagaimana kita mengatakan Allahu akbar kalau ternyata dalam hati kita masih ada ketergantungan kepada selain Allah Jalla Jalaluh? Apakah selesai ujian bagi Nabi Ibrahim ? Belum selesai !

Allah belum mengatakan “Engkau jadi imam bagi umat manusia,” belum ! Beliau diuji meninggalkan negerinya, hijrah. Apakah perjalanan hijrah Nabi Ibrahim landai, bertaburan mawar dan melati? Tidak!! Bertaburan onak dan duri. Dalam perjalanannya, istrinya ditawan oleh raja, diuji sama Allah Jalla Jalaluh. Setelah selesai dan selamat dari ujian tersebut, bertahun-tahun Nabi Ibrahim tak diberi anak. Beliau tak henti-hentinya mengatakan : Teruuss beliau meminta anak sama Allah, beliau tidak pernah mengatakan, “Ya Allah, aku adalah Nabimu, kenapa aku nggak dikasih anak?” Pelajaran bagi orang-orang yang lama doanya tidak dikabulkan. Contohlah Nabi Ibrahim. Dia sabar menanti. Dengan penuh keyakinan Allah akan mengabulkan do’anya. Karena Allah mengatakan : “Kalian minta sama Aku, pasti aku kabulkan!” (QS. Ghafir[40]: 60)

Apakah kita punya keyakinan seperti itu ? Atau kebanyakan dari kita banyak mengadu kepada manusia ? Mengatakan, “Saya sudah bertahun-tahun berdo’a, bertahun-tahun berusaha tapi nggak dikasih anak.” Jama’ah, Nabi Ibrahim baru punya anak ketika umurnya hampir 100 tahun. Kemudian kita tidak akan mencontoh Nabi Ibrahim dalam kesabaran kita berdo’a memohon kepada Allah ? Allah kabulkan do’anya setelah puluhan tahun beliau berdo’a. Jangan ada lagi yang mengatakan, “Aku sudah 5 tahun menikah tapi aku belum dikasih anak.” Tunggu sampai mati! Terus berdo’a! Jangan pernah putus asa memohon kepada Allah.

Dia mempunyai keyakinan bahwa Tuhan dia adalah Rabbul ‘Alamin yang kalau mau kasih Allah tinggal mengatakan, “Kun Fayakun” Kemudian Allah berikan putra kepada Nabi Ibrahim yang bernama Ismail. Bertahun-tahun ditunggu, ketika putranya datang, apakah Nabi Ibrahim bisa menimang-nimang putranya? Tidak! Allah suruh Nabi Ibrahim meletakkan putranya di Mekah. Dari Palestina berangkat ke Mekah, dibawa istri dan anaknya.

Kenapa beliau melakukan itu ? Karena Allah ingin menguji Nabi Ibrahim. Apakah dia masih mencintai Allah lebih daripada kecintaannya kepada putranya ? Jama’ah, jangan berpikir Nabi Ibrahim hanya menyembelih Ismail, Nabi Ibrahim disuruh meninggalkan putranya di Mekah. Nabi Ibrahim dihalangi untuk memandang anaknya. Tapi Nabi Ibrahim berangkat dan diletakkan di sana putra dan istrinya. Nabi Ibrahim bertolak, tempat itu tidak ada manusia. Allah ingin menguji Nabi Ibrahim. Apakah masih ada di hatinya dia selain Allah ?

Jama’ah.. Nabi Ibrahim adalah khalilurrahman. Satu tingkatan kekasih yang paling tinggi. Dikatakan Khalil karena tidak ada rongga di hatinya kecuali di situ ada cinta Allah Jalla Jalaluh. Tidak ada rongga di hatinya, di jantungnya yang mengalir di sana kecuali ada cinta dan mahabbatullah di sana. Maka Allah menguji apakah ada tempat anakmu di hatimu sehingga engkau tidak melaksanakan perintahKu ? Apa kata putranya ? “Wahai ayahanda, laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, InsyaAllah engkau mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat[37]: 102)

Disembelih Ismail, Allah gantikan domba. Hari ini, kita mencontoh Nabi Ibrahim. Bukan menyembelih putra kita, bukan anak kita yang kita korbankan kepada Allah. Hanya sedikit dari harta kita dari hewan ternak. Tapi banyak diantar kita yang masih pelit untuk berqurban. Dia cari kambing yang paling kecil. Padahal dia bisa membeli seekor sapi.

Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam -tatkala beliau tidak punya harta- beliau berkurban dua ekor kambing untuk beliau dan keluarganya. Tatkala Allah membukakan pintu-pintu rezeki kepada Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam di akhir hayatnya, beliau menyembelih 100 ekor unta. Bisakah kita mengurbankan untuk Allah apa yang kita cintai ? Belajar dari Nabi Ibrahim, putranya yang beliau qurbankan.

Intisari Khutbah adalah Buah dari kesabaran Allah akan menggantinya dengan yg jauh lebih baik. Pesan hikmahnya, Pertolongan Allah akan datang setelah di puncak kesabaran. Allah tidak menerima daging dan darah dari qurban kita. Yang Allah terima ketaqwaan kita. Maka sembelihlah hewan qurban bukan karena riya’, bukan karena ingin dipuji, makanlah dari hewan qurban itu. Karena itu sunnah Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Pulanglah dari arah tidak tadi ketika datang, tebarkan salam, terus bertakbir, sampai selesai hari-hari tasyriq ini.  ( Ish)
×
Berita Terbaru Update